Jumat, 04 Februari 2011

ASMA

ASMA


BATASAN
Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut.
Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi (1) asma episodik jarang, (2) asma episodik sering dan (3) asma persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi (1) serangan asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.

PATOFISIOLOGI
Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus, udema mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil, makrofag) dan deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator inflamasi seperti histamin, lekotriene C4, D4 dan E4, P.A.F yang mengakibatkan adanya konstriksi bronkus, edema mukosa dan penumpukan mukus yang kental dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang terjadi tidak seragam/merata di seluruh paru. Atelektasis segmental atau subsegmental dapat terjadi. Sumbatan jalan nafas menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas yang tidak merata di seluruh jaringan bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi dengan perfusi (ventilation-perfusion mismatch). Hiperinflasi paru menyebabkan penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang menyempit, dapat makin mempersempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal mungkin mempengaruhi arus balik vena dan mengurangi curah jantung yang bermanisfestasi sebagai pulsus paradoksus.
Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan peningkatan kerja nafas menyebabkan perubahan dalam gas darah. Pada awal serangan, untuk mengkompensasi hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga kadar PaCO2 yang akan turun dan dijumpai alkalosis respiratorik. Selanjutnya pada obstruksi jalan nafas yang berat, akan terjadi kelelahan otot nafas dan hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2yang cenderung naik walau nilainya masih dalam rentang normal, harus diwaspadai sebagai tanda kelelahan dan ancaman gagal nafas. Selain itu dapat terjadi pula asidosis metabolik akibat hipoksia jaringan dan produksi laktat oleh otot nafas. Hipoksia dan asidosis dapat menyebabkan vasokontriksi pulmonal, namun jarang terjadi komplikasicor pulmonale. Hipoksia dan vasokontriksi dapat merusak sel alveoli sehingga produksi surfaktan berkurang atau tidak ada, dan meningkatkan resiko terjadinya atelektasis.

DIAGNOSIS
UKK Pulmonologi PP IDAI telah membuat pedoman nasional asma dengan gejala awal berupa batuk dan/atau mengi (lihat lampiran 4).
Pada alur diagnosis selain anamnesis yang cermat beberapa pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan tergantung pada fasilitas yang tersedia.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
-         Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis asma dapat ditegakkan bila didapatkan :
o       Variasi pada PFR (peak flow meter = arus puncak ekspirasi) atau FEV1 (forced expiratory volume 1 second = volume ekspirasi paksa pada detik pertama) ≥ 15%
o       Kenaikan ≥ 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi bronkodilator
o       Penurunan ≥ 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus.
-         Pemeriksaan Ig E dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai normal akan menunjang diagnosis
-         Foto toraks untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau adanya komplikasi pada saat serangan. Foto sinus para nasal perlu dipertimbangkan pada anak > 5 tahun dengan asma persisten atau sulit diatasi.

TATALAKSANA
Tatalaksana asma mencakup edukasi terhadap pasien dan atau keluarganya tentang penyakit asma dan penghindaran terhadap faktor pencetus serta medikamentosa.Medikamentosa yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu pereda (reliever) dan pengendali (controller). Tata laksana asma dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pada saat serangan (asma akut) dan di luar serangan (asma kronik).
Di luar serangan, pemberian obat controller tergantung pada derajat asma. Pada asma episodik jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan pada asma episodik sering dan asma persisten memerlukan obat controller. Pada saat serangan lakukan prediksi derajat serangan (Lampiran 2), kemudian di tata laksana sesuai dengan derajatnya (lampiran 5).
Pada serangan asma akut yang berat :
-         Berikan oksigen
-         Nebulasi dengan b-agonis antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali pemberian.
-         Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada
-         Berikan steroid intra vena secara bolus, tiap 6-8 jam
-         Berikan aminofilin intra vena :
o       Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan aminofilin dosis awal ����6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak 20 ml dalam 20-30 menit
o       Bila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis diberikan separuhnya.
o       Bila mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml
o       Selanjutnya berikan aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam
-         Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam, dan pemberian steroid dan aminofilin dapat per oral
-         Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat������������ b-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.

DAFTAR PUSTAKA
1.        UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Nasional Asma Anak, Bali 2002, hal : 1-9.
2.        Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak. UKK�� Pulmonologi : PP IDAI, 2004.
3.        Michael Sly. Asthma Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-16. Philadelphia : WB Saunders, 2000 : 664-80.
4.        Larsen Garyl, Colasurdo GN. Assesment and treatment of Acute Asthma in Children and aldolecens Dalam: Naspitz CK, penyunting. Text Book of Pediatric Asthma an International Perspective. Edisi ke-1. United Kingdom : Martin Dunitz, 2001 : 189-209.

Lampiran 1. : Pembagian derajat penyakit asma pada anak

Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru
Asma episodik jarang
Asma episodik sering
Asma persisten
Frekuensi serangan
< 1x/bulan
> 1x/bulan
Sering
Lama serangan
< 1 minggu
≥ 1 minggu
Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi
Intensitas serangan
Biasanya ringan
Biasanya sedang
Biasanya berat
Di antara serangan
Tanpa gejala
Sering ada gejala
Gejala siang dan malam
Tidur dan aktifitas
Tidak terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
Pemeriksaan fisis diluar serangan
Normal (tidak ditemukan kelainan)
Mungkin terganggu (ditemukan kelainan)
Tidak pernah normal
Obat pengendali (anti inflamasi)
Tidak perlu
Perlu
Perlu
Uji faal paru
(di luar serangan)
PEF/FEV1 > 80%
PEF/FEV1 60-80%
PEF/FEV1 < 60%
Variabilitas 20-30%
Variabilitas faal paru (bila ada serangan)
Variabilitas > 15%
Variabilitas > 30%
Variabilitas > 50%

Lampiran 2. : Penilaian derajat serangan asma

Parameter klinis,
Fungsi paru,
laboratorium
Ringan
Sedang
Berat
Ancaman henti nafas
Sesak timbul-pada saat (breathless)
Berjalan
Bayi:
menangis keras
Berbicara
Bayi :
-    Tangis pendek dan lemah
-    Kesulitan makan/minum
Istirahat
Bayi :
Tidak mau makan/minum

Bicara
Kalimat
Penggal kalimat
Kata-kata

Posisi
Bisa berbaring
Lebih suka duduk
Duduk bertopang lengan

Kesadaran
Mungkin iritable
Biasanya iritable
Biasanyairitable
Bingung dan mengantuk
Sianosis
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Nyata/Jelas
Mengi (wheezing)
Sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi
Nyaring, sepanjang ekspirasi,
 inspirasi
Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop
Sulit/tidak terdengar
Sesak nafas
Minimal
Sedang
Berat

Obat Bantu nafas
Biasanya tidak
Biasanya ya
Ya
Gerakan paradok torako-abdominal
Retraksi
Dangkal, retraksi interkostal
Sedang, ditambah retraksi suprasternal
Dalam, ditambah nafas cuping hidung
Dangkal / hilang
Laju nafas
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia���������������������� laju nafas normal
< 2 bulan����������� �����������< 60 / menit
2 12 bulan������������������ < 50 / menit
1 5 tahun�������������������� < 40 / menit
6 8 tahun�������������������� < 30 / menit
Laju nadi
Normal
Takikardi
Takikardi
Bradikardi
Pedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar :
Usia���������������������� laju nadi normal
2 12 bulan������������������ < 160 / menit
1 2 tahun�������������������� < 120 / menit
3 8 tahun�������������������� < 110 / menit
Pulsus paradoksus (pemeriksaannya tidak praktis)
Tidak ada
< 10 mmHg
Ada
10-20 mmHg
Ada
> 20 mmHg
Tidak ada, tanda kelelahan otot nafas
PEFR atau FEV1(% nilai dugaan/% nilai terbaik)
-     pra bronkodilator
-     pasca bronkodilator



> 60%��������������������

40-60%




> 80%��������������������

60-80%




< 40%

< 60%
Respon < 2 jam

SaO2 %
> 95%
91-95%
 90%

PaO2
Normal biasanya tidak perlu diperiksa
> 60 mmHg
< 60 mmHg

PaCO2
< 45 mmHg
< 45 mmHg
> 45 mmHg


Lampiran 3. : Sistem Skoring Pernafasan

0
1
2
Sianosis
(-)
(+) pada udara kamar
(+) pada 40% O2
Aktifitas otot-otot pernafasan tambahan
(-)
Sedang
Nyata
Pertukaran udara
Baik
Sedang
Jelek
Keadaan mental
Normal
Depresi/gelisah
Koma
Pulsus paradoksus (Torr)
< 10
10-40
> 40
PaO2 (Torr)
70-100
≤ 70 pada udara kamar
≤ 70 pada 40%O2
PaCO2 (Torr)
< 40
40-65
> 65
Skor :
0-4             : tidak ada bahaya
5-6             : akan terjadi gagal nafas → siapkan UGD
≥ 7������ : gagal nafas









Lampiran 6. : Obat-obat yang umum digunakan
Tabel 1. : Takaran obat, cairan, dan waktu untuk nebulisasi
Cairan , Obat, Waktu
Nebulisasi jet
Nebulisasi ultrasonik
Garam faali (NaCl 0,9%)
5 ml
10 ml
b-agonis/antikolinergik/steroid
Lihat tabel 2
Waktu
10-15 menit
3-5 menit

Tabel 2. : Obat untuk nebulisasi, jenis dan dosis
Nama generik
Nama dagang
Sediaan
Dosis nebulisasi
Golongan b-agonis
Fenoterol
Berotec
Solution 0,1%
5-10 tetes
Salbutamol
Ventolin
Nebule 2,5 mg
1 nebule (0,1-0,15 mg/kg)
Terbutalin
Bricasma
Respule 2,5 mg
1 repsule
Golongan antikolinergik
Ipratropium bromide
Atroven
Solution 0,025%
> 6 thn : 8-20 tetes
 6 thn : 4-10 tetes
Golongan steroid
Budesonide
Fluticasone
Pulmicort
Flixotide
Respule
Nebule


Tabel 3. : Sediaan steroid yang dapat digunakan untuk serangan asma
Steroid Oral :
Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Dosis
Prednisolon
Medrol, Medixon
Lameson, Urbason
Tablet
4 mg
1-2 mg/kgBB/hari-tiap 6 jam

Prednison
Hostacortin, Pehacort, Dellacorta
Tablet
5 mg
1-2 mg/kgBB/hari-tiap 6 jam

Triamsinolon
Kenacort
Tablet
4 mg
1-2 mg/kgBB/hari-tiap 6 jam

Steroid Injeksi :
Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Jalur
Dosis
M. prednisolon
suksinat
Solu-Medrol
Medixon
Vial 125 mg
Vial 500 mg
IV / IM
1-2 mg/kg
tiap 6 jam
Hidrokortison-Suksinat
Solu-Cortef
Silacort
Vial 100 mg
Vial 100 mg
IV / IM
4 mg/kgBB/x
tiap 6 jam
Deksametason
Oradexon
Kalmetason
Fortecortin
Corsona
Ampul 5 mg
Ampul 4 mg
Ampul 4 mg
Ampul 5 mg
IV / IM
0,5-1mg/kgBB bolus, dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6-8 jam
Betametason
Celestone
Ampul 4 mg
IV / IM
0,05-0,1 mg/kgBB tiap 6 jam










Tuberkulosis

Landia Setiawati, Makmuri M.S., Retno Asih S.

BATASAN
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mikobakterium tuberkulosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.

PATOGENESIS
Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung Mikobakterium tuberkulosis (M.Tb), di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh makrofag alveolus dan dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup virulen dan makrofag alveolus lemah maka M.Tb akan berkembang biak dan menghancurkan makrofag. Monosit dan makrofag dari darah akan ditarik secara kemotaksis ke arah M.Tb berada, kemudian memfagositosis M.Tb tetapi tidak dapat membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang mengandung sel-sel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit. Tuberkel akan menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama dengan limfangitis akan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb dapat langsung menyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat aktif kembali bertahun-tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau terjadi kalsifikasi atau terjadi nekrosis dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat mencair dan M.Tb dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya .

DIAGNOSIS
Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil Tb dari bahan yang diambil dari pasien misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis Tb anak didasarkan gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin.
Untuk itu penting memikirkan adanya Tb pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-tanda yang mencurigakan seperti dibawah ini :
1. Pada anak harus dicurigai menderita Tb kalau :
1.      Kontak erat (serumah) dengan penderita Tb dengan sputum BTA (+)
2.      Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.
3.      Terdapat gejala umum

2. Gejala-gejala yang harus dicurigai Tb
��� I. Gejala umum/tidak spesifik
a.       Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
b.      Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
c.       Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
d.      Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering di daerah leher, axilla dan inguinal.
e.       Gejala-gejala respiratorik :
- batuk lama lebih dari 3 minggu
- tanda cairan di dada, nyeri dada
f.        Gejala gastrointestinal
- diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
����������� �������� - benjolan/massa di abdomen
�������� - tanda-tanda cairan dalam abdomen
��� II. Gejala Spesifik
1.      Tb kulit/skrofuloderma
2.      Tb tulang dan sendi
-         Tulang punggung (spondilitis)���� : gibbus
-         Tulang panggul (koksitis)���������� : pincang
-         Tulang lutut ����������������������������� : pincang dan/atau bengkak
-         Tulang kaki dan tangan
3.      Tb Otak dan Saraf
-         Meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun
4.      Gejala mata : Conjungtivitis phlyctenularis, Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
5.      Lain-lain
3.�� Uji tuberculin (Mantoux)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intrakutan). Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau PPD-S kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter tranversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam mm, dikatakan positif bila indurasi : > 10 mm.
4. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
5. Foto Rontgen Paru : seringkali tidak khas
����� Pembacaan sulit, hati-hati kemungkinan overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
���� Gambaran rontgen paru pada Tb dapat berupa :
���Milier, Atelektasis, Infiltrat , pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan/atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas,destroyed lung.
�� ���Catatan : diskongkruensi antara gambaran klinis dan gambaran radiologis, harus dicurigai Tb. Foto Rontgen paru sebaiknya dilakukan PA dan lateral serta dibaca oleh ahlinya.
6. Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dan kultur dari sputum (pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).
7. Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
8. Pemeriksaan patologi anatomi.
9. Respon terhadap pengobatan OAT. Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata, akan menunjang atau memperkuat diagnosis TBC.

TATALAKSANA
Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan.
Secara garis besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :
1.      TBC paru tidak berat
2.      TBC paru berat atau TBC ekstrapulmonal
����������� Pada TBC paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pyraninamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).
����������� Pada TBC berat (TBC milier, meningitis, dan TBC tulang) maka juga diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampisin selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah kombinasi OAT.
Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah :
  1. Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
    1. Dosis terapi����������������� : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
    2. Dosis profilaksis���������� : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
    3. Dosis maksimum���������� : 300 mg/hari
  2. Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan
    1. Dosis��������������������������� : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
    2. Dosis maksimum���������� : 600 mg/hari
  1. Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
    1. Dosis��������������������������� : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
    2. Dosis maksimum���������� : 2 gram/hari
  1. Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
    1. Dosis��������������������������� : 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari
    2. Dosis maksimum���������� : 1250 mg/hari
  1. Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
    1. Dosis��������������������������� : 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular
    2. Dosis maksimum���������� : 1 gram/hari
Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb, endobronkial Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb, peritonitis Tb.
Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan

PENGHENTIAN PENGOBATAN
1. ��Bila setelah 6 bulan evaluasi membaik :
batuk menghilang, klinis membaik, anak menjadi lebih aktif, berat badan meningkat, foto thorax membaik, penurunan LED
2. Bila setelah 6 bulan tidak ada perbaikan, kemungkinan :
������� -��� Kepatuhan minum obat yang kurang
������� -��� MDR (Multi Drug Resisten)
������� -��� Diagnosis bukan TBC

OBAT PENCEGAHAN DENGAN INH : 5-10 mg/kg BB/hari diberikan pada :
1.      Profilaksis primer : anak yang kontak erat dengan penderita TB menular (BTA positip, tetapi belum terinfeksi).
2.      Profilaksis sekunder : anak dengan infeksi TB yaitu tuberkulin positip dan klinis baik, dengan faktor resiko yang memungkinkan menjadi TB aktif.
-         umur dibawah 5 tahun
-         menderita penyakit infeksi (morbili, varicella)
-         mendapat obat imunosupresif (sitostatik, steroid, dll)
-         umur akil balik
-         kalau ada infeksi HIV

KOMPLIKASI
Pada anak komplikasi biasanya terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi terutama 1 tahun pertama. Penyebaran limfohematogen menjadi Tb milier atau meningitis Tb atau efusi pleura biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tb tulang dan sendi terbanyak terjadi dalam 3 tahun pertama, dan Tb ginjal dan kulit terbanyak setelah 5 tahun dari infeksi primer.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders, 2003 : 958-71.
2.      Crofton SJ, Horne N, Miller F. Clinical Tuberculosis. Edisi ke-1. London: The Mac Millan Press, 1992.
3.      Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi : PP IDAI, 2005.


Lampiran 1. : SISTEM SKORING DIAGNOSIS TUBERKULOSIS ANAK

Parameter
0
1
2
3
Kontak Tb
Tidak jelas
Laporan keluarga, BTA (-) atau tidak tahu
Kavitas (+), BTA tidak jelas
BTA (+)
Uji Tuberkulin
Negatif


Positif ( ≥ 10 mm atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi)
Berat badan/
keadaan gizi

BB/TB < 90% atau BB/U < 80%
Klinis gizi buruk atau BB/TB< 70%
atau BB/U < 60%

Demam tanpa sebab jelas

≥ 2 minggu


Batuk

≥ 3 minggu


Pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, inguinal

≥ 1cm, jumlah >1, tidak nyeri


Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang

Ada pembengkakan


Foto Rontgen toraks
Normal/tidak jelas
     Infiltrat
     Pembesaran kelenjar
     Konsolidasi segmental/
��� lobar
     atelektasis
      kalsifikasi + infiltrat
      pembesaran kelenjar + infiltrat


Catatan :
        Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
        Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis
        Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
        Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
        Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada Tb anak
        Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring Tb anak
        Didiagnosis Tb jika skor ≥ 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dilaksanakan.





Copyright © OpenUrika 2006 Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar